Selasa, 12 April 2016

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KALIGRAFI

A.     Sejarah Munculnya Kaligrafi Arab
Ungkapan Kaligrafi berasal dari kata latin “Kalios” yang berarti indah, dan kata “graph” yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhnya dari kaligrafi adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara penerapannya menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Kaligrafi merupakan seni arsitektur rohani, yang dalam proses penciptaannya melalui alat jasmani. Kaligrafi atau khath, dilukiskan sebagai kecantikan rasa, penasehat pikiran, senjata pengetahuan, penyimpan rahasia dan berbagai masalah kehidupan.[1]
Ada beberapa teori tentang awal mula Sejarah munculnya kaligrafi, diantaranya sebagai berikut:
1.      Teori Taufiqi
Munculnya teori ini bersumber dari penafsiran terhadap sumber-sumber islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Teori ini mengungkapkan bahwa bahasa Arab adalah pemberian dari Allah SWT (Taufiqi) kepada Nabi Adam A.S dan Nabi-nabi lainnya.[2]
Menurut Muhamad Ibn Yahya As-Suli dalam kitabnya Adab al-Kitab, ia mengambil riwayat dari Ka’ab bin al-Akhbar, Ibnu Abbas dan Ibnu Faris bahwa yang mebuat tulisan Arab, Suryani dan jenis tulisan lainnya adalah Nabi Adam As. ia menulisnya diatas tanah dan memahatnya. Ketika bumi tenggelam karena banjir
Di dalam al-Quran, dalil yang digunakan adalah pada Q.S. al-Alaq ayat 1-5 dan Q.S. al-Qalam ayat 1. Di dalam kedua surat tersebut disebutkan  kata-kata  iqra (bacalah)  dan  al-qalam (pena),  yang menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis adalah pemberian dari Allah SWT.[3]
2.      Teori Selatan
Menurut teori ini, bahasa Arab bersumber dari masyarakat Himyar di wilayah Yaman, sebelah selatan Jazirah Arab. Bahasa ini berkembang seiring dengan luasnya wilayah negeri Saba dan Himyar. Namun tidak ada bukti fisik yang dijadikan rujukan, tetapi statemen para pelaku sejarah yang ditulis oleh para pakar Islam. Misalnya oleh al-Qalqasyandi: Dikatakan  di hadapan Abu Sufyan bin Umayyah, paman Abu Sufyan bin Harb, awal munculnya tulisan adalah dari Yaman.[4]
Ibnu Khaldun memperkuat pendapat teori ini dalam Muqaddimah, bahwa khat Arab yang pertama dikenal adalah khat Himyari dan kemudian tersebar ke Hirah, Tha’if dan Quraisy.[5]
3.      Teori Utara
Teori  ini  juga  menganggap bahwa tulisan  Arab bukan semata- mata  pemberian langsung dari Allah swt., tetapi  proses perkembangan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Teori ini disebut juga dengan teori Hirah. Teori ini didukung oleh data-datfisik yang berupa batu ukiran dengan tulisan model Nabati.
Teori ini didasarkan atas riwayat Ibn Abbas bin Hisyam tentang cerita al-Balazari mengenai tiga orang dari kaum Thay’ di Baqqah, Maramir bin Murrah, Aslam bin Sadrah, dan’Amir bin Jadrah. Mereka mengukir huruf hijaiyah dengan model tulisan Suryani, Balok dan Latin.[6]
4.      Teori Baru
Teori ini banyak digunakan oleh kalangan peneliti. Menurut teori ini, tulisan Arab berasal dari al-Anbat (Nabatea). Mereka adalah masyarakat Arab yang berada dibawah pengaruh peradaban dan budaya Aramic. Dimana bahasa yang digunakan adalah perpaduan antara bahasa Arab dan bahasa Aram. Pusat pemerintahannya berada di Batrah. Oleh karena itu tulisannya disebut tulisan Aram.[7]
B.      Perkembangan Kaligrafi
1.      Pada Masa Pra Islam
Pada masa pra-Islam, pengembangan tulisan mulai dari model tulisan sederhana hingga sampai pada model simbolis. Berikut adalah masa perkembangannya:
        I.            Masa tulisan gambar
Pada masa ini, tulisan berupa gambar yang disadur dari alam dan memiliki  arti  sesuai dengan gambatersebut.  Misalnya: gambar batu, artinya memang batu. Tidak ada arti lain yang lebih luas atau berbeda dari gambarnya.
      II.            Masa tulisan simbol arti
Pada masa ini, tulisaadalah berupa gambar yang disadur dari alam, tetapi  gambar tersebut  memiliki arti yang lebih luas dan berbeda dari  gambar  semestinya.  Misalnya:  gambamatahari  sebagai  lambing siang  hari  atau  terang.  Akan  tetapi   gambar  tersebut  bukan  berupa lambang bunyi yang dijadikan sebagai alat komuniasi verbal.
2.      Masa Rasulullah SAW dan Khulafa’ al-Rasyidin.
Pada masa Rasulullah saw, masyarakat Arab sudah memiliki tulisan sendiri meskipun masih sangat sederhana, yakni dengan model Kufi klasik yang tidak memiliki penanda vokal (syakal) dan pembeda konsonan (jumlah dan posisi titik  pada  huruf yang sama).  Selain itu,  masih  belum di kenal penanda kalimat yang berupa titik, koma, ataupun hiasan tulisan.
3.      Pada Masa Periode Bani Umayyah
Pada Masa ini mulai muncul “Nuqthah” atau titik dalam huruf untuk membedakan satu huruf dengan yang lainnya. Dan “Syakal” atau baris untuk mempermudah pelafalan bunyi konsonan huruf.[9]
Pada masa ini telah muncul gaya-gaya penulisan khat diantaranya mudawwar (bundar), mutsallats (segitiga), dan ti’im (kembar). dari tiga gaya tersebut muncul berbagai variasi tulisan seperti mail (miring), Masyq (membesar), Naskh (inskriptif), dan Khufi. Dari beberapa variasi tersebut Naskh dan Khufi adalah model variasi yang paling banyak diminati dan berkembang menjadi menjadi model-model lain.
Diantara kaligrafer Bani Umayyah yang paling termashyur mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-Muharrir. Ia menemukan empat tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf danTsuluts. Keempat tulisan ini saling melengkapi antara satu gaya dengan gaya lain sehingga menjadi lebih sempurna. Tulisan Thumar yang berciri tegak lurus ditulis dengan pena besar pada tumar-tumar (lembaran penuh, gulungan kulit atau kertas) yang tidak terpotong. Tulisan ini digunakan untuk komunikasi tertulis para khalifah kepada amir-amir dan penulisan dokumen resmi istana. Sedangkan tulisan Jalil yang berciri miring digunakan oleh masyarakat luas.
4.      Pada Masa Periode Bani Abbasiyyah
Gaya dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada periode ini semakin banyak kaligrafer yang lahir, diantaranya Ad-Dahhak ibn 'Ajlan yang hidup pada masa Khalifah Abu Abbas As-Shaffah (750-754 M) dan Ishaq ibn Muhammad pada masa Khalifah al-Manshur (754-775) dan al-Mahdi (775-786). Ishaq memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan Tsuluts dan Tsulutsain dan mempopulerkan pemakaiannya.
Adapun kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat sebagai nama besar adalah Ibnu Muqlah. Ibnu Muqlah berjasa besar bagi pengembangan tulisan kursif karena penemuannya yang spektakuler tentang rumus-rumus geometrikal pada kaligrafi yang terdiri dari tiga unsur kesatuan baku dalam pembuatan huruf yang ia tawarkan yaitu: titik, huruf alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf harus dibuat berdasarkan ketentuan ini dan disebut al-Khat al-Mansub (tulisan yang berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok (al-Aqlam as-Sittah) yaitu Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa' dan Tauqi' . Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi populer dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa menggeser dominasi khat Kufi.
Selain Ibnu Muqlah, Khalid bin Abi Hiyaj adalah salah satu kaligrafer yang terkenal pada masa ini. Ia berjasa dalam penulisan mushaf pada masa permulaaan.[10]
5.      Perkembangan Kaligrafi di Indonesia
Di Indonesia, kaligrafi merupakan bentuk seni budaya Islam yang pertama kali ditemukan, bahkan ia menandai masuknya Islam di Indonesia. Ungkapan rasa ini bukan tanpa alasan karena berdasarkan hasil penelitian tentang data arkeologi kaligrafi Islam yang dilakukan oleh Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary, kaligrafi gaya kufi telah berkembang pada abad ke-11, datanya ditemukan pada batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/ 1082 M) dan beberapa makam lainnya dari abad-abad ke-15. Bahkan diakui pula sejak kedatangannya ke Asia Tenggara dan Nusantara, disamping dipakai untuk penulisan batu nisan [ada makam-makam, huruf arab tersebut (baca: kaligrafi) memang juga banyak dipakai untuk tulisan-tulisan materi pelajaran, catatan pribadi, undang-undang, naskah perjanjian resmi dalam bahasa setempat, dalam mata uang logam, stempel, kepala surat dan sebagainya. Huruf Arab yang dipakai dalam bahasa setempat tersebut diistilahkan dengan huruf Arab Melayu, Arab Jawa atau Arab Pegon.
Pada abad XVIII-XX, kaligrafi beralih menjadi kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujudkan dalam aneka media seperti kayu, kertas, logam, kaca dan media lainnya. Termasuk juga untuk penulisan mushaf-mushaf al-Qur'an tua dengan bahan kertas deluangdan kertas murni yang diimpor. Kebiasaan menulis al-Qur'an telah banyak dirintis oleh para ulama besar di pesantren-pesantren smenjak abad ke-16, meskipun tidak semua ulama dan santri yang piawai menulis kaligrafi dengan indah dan benar. Amat sulit mencari seorang khattat yang ditokohkan di penghujung abad ke-19 atau awal abad ke-20, karena tidak ada guru kaligrafi yang mumpuni dan tersedianya buku-buku pelajaran yang memuat kaidah penulisan kaligrafi. Buku pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar sekitar 1961 karangan Muhammad Abdur Muhili berjudul "Tulisan Indah" serta karangan Drs. Abdul Karim Husein berjudul "Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab" tahun 1971.
Pada tahun 1985, KH. Didin Sirajuddin AR mendirikan LEMKA (Lembaga Kaligrafi dan Al-Qur’an). Lembaga ini pertama muncul di kawasan ciputat sekitar Universitas Islam Indonesia dan kini berpusat di kelurahan Kramat Kota Sukabumi.[11]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar